Langsung ke konten utama

Postingan

Diam

      Kita sudah usang, sudah terlalu lama berdiam dan berdiri disitu situ saja tidak ada pergerakan hanya ada angan-angan dan khayalan. Satu-satunya yang kita punya ialah kepercayaan bahwa kita masih saling ingin.
Postingan terbaru

Sebuah Permintaan

       Aku tidak pernah memaksamu untuk mencintaiku, dan tidak akan. Aku juga tidak apa-apa kalau kamu mau pergi dan meninggalkan. Aku sudah biasa menaruh harapan lalu jadi kecewa sendirian.       Kamu tidak akan tau rasanya takut ditinggalkan, sampai bagaimana akhirnya aku menahan perasaan agar tidak terlalu menyayangimu dengan sangat kelewatan.       Sudah tidak perlu dijelaskan lagi bahwa sebenarnya kita juga sama-sama tidak tahu kemana hubungan ini akan berlabuh. Aku Mengenalmu dan itu sudah berlangsung lama, Aku tau kamu lelah dan sering menangis sendirian tapi tenanglah aku juga begitu.       Satu hal lagi, Perjalanan ini bukan punya kita saja, ada orang-orang yang sayang padamu lebih dari aku, ada mereka yang tau apa yang paling baik untuk kamu meski aku merasa berhak menjadi yang paling tahu.

Tentang seseorang yang kehilangan percaya

        Sore itu angin berhembus agak kencang menyapu bersih hampir seluruh dedaunan kotor dibawah tempat duduk bandara bagian kedatangan.         Orang-orang sudah berjejer memenuhi kursi panjang ini letaknya yang tidak jauh dari foodcourt membuat foodcourt tampak ramai dari luar tapi tidak ada yang makan didalam sana karena mereka memilih membawa camilannya sendiri-sendiri dan kebanyakan dari mereka tidak saling mengenal kelihatan dari cara mereka yang hanya mengobrol pada salah satu dari rombongan nya atau memilih diam saja memandangi layar ponsel.         Sementara dari pojok sini aku merasa lucu melihat mereka mulai dari yang duduknya tegap sampai yang sudah tidur-tiduran pada sandaran kursi. ternyata, mereka ini benar-benar menunggu. "Mas, Nunggu juga ya?" Aku mencoba memberanikan diri bertanya kepada lelaki disebelahku. "Iya mba, mba juga kah?" "oh iya, saya juga lagi nunggu" kataku bingung sambil tersenyum tipis. "Nunggu siapa mba?"

Setelah semuanya selesai

Benar saja katamu saat itu bahwa kehilangan adalah ketakutan yang meradang dan hanya menunggu untuk kesakitan-kesakitan berikutnya. Aku bukannya tidak tahu tentang bagaimana kamu yang selama ini mencoba meyakinkanku membuatku terus percaya bahwa hatimu pun akan terluka tanpa aku. Hanya saja, kisah ini sudah usai hanya karena aku takut kehilanganmu juga karena kamu takut kehilangan aku, tanpa sadar kita lupa kalau kita semakin jauh dengan berdalih takut kalau-kalau kita tidak pantas untuk satu sama lain.

Al-fatihah Untuk Bapak

Alfatihah untuk bapak.       Aku termangu melihat makam di depanku yang sudah tidak terawat lagi, entah kapan tepatnya aku terakhir kali berkunjung kesini sampai-sampai penjaga makam pun tidak membersihkannya, makam ini terletak paling pojok dan permukaan tanahnya sedikit menanjak sehingga untuk naik kesini kalian perlu menghabiskan waktu sekitar 30 menit belum lagi harus memilih jalan untuk menghindari makam yang lain agar tidak terinjak, ditambah aku sangat tidak menyarankan kalian kesini memakai sepatu hak tinggi atau kaos kaki putih dipadu dengan sendal swallow karena saat habis hujan pasti becek dan memang tanah disini dibiarkan saja tidak disemen ataupun dibeton pertanyaannya untuk apa tanah perkuburan disemen? Aku mengernyitkan dahi membayangkan pertanyaan konyolku sendiri seingatku dulu saat aku berumur 10-12 tahun makam ini menjadi tempat yang paling sering ku kunjungi ditambah lagi bila itu hari raya idul fitri atau idul adha pasti makam ini menjadi tempat kedua yang kudatan

Laras

"maaf, i've no choice" "of course you've choice!!" "iya tapi.." "jadi sekarang keputusaannya apa?" "memutuskan kamu" "good..., good job" "ras, ras, laras!" "lepasin ga? Lepasin tangan aku, cowok gila!" "aku belum selesai ngomong" "oke lanjut, lanjutin omongan kamu tapi jangan pake megang-megang aku, sumpah aku jijik najis benci sama kamu terserah kamu mau ngomong apa kita udah bukan apa-apa lagi" Mencintai itu sakit, aku terima semuanya dengan bahagianya sekaligus. Perpisahan itu lebih menyakitkan lagi dan aku harus berkali-kali menerima bahwa cinta ya cinta saja tidak perlu ada embel-embel ingin memiliki dan harus bersama pada saat itu juga, Karena katanya mencintai itu sejatinya cukup cinta saja dan tidak perlu diutak-atik.

Sasa

"aku sepertinya harus ke psikiater" "buat apa? Jadi manusia kok pengen sakit" "ya bukan pengen sakit, tapi kan penyakit itu ada tanda-tandanya" "terus?" "aku ngerasa punya tanda-tanda itu bim" Aku melalui hari-hari hanya di kamar kosanku dan kampus, Bima adalah orang yang selalu aku temui di kantin kampus, dia satu-satunya lelaki yang betah dekat denganku saat yang lain mundur teratur karena katanya aku terlalu apa adanya, mereka bilang aku bersikap seolah-olah tidak mencintai mereka dan tidak memiliki rasa pada mereka padahal sudah dikejar-kejar sedemikian rupa memang aneh kedengarannya tapi itulah aku, Hati yang sudah tidak lagi terbuka untuk dikhianati dan ditinggal pergi, Hati yang sudah tidak mau lagi merasakan perpisahan yang mengakhiri dan hati yang sudah merasa cukup pada ambang batas untuk mempercayai.